SMA Bukit Asam

ini adalah sekolah ku SMA Bukit Asam sekolah adiwiyata nasional

29 Jan 2013

LINGKUNGAN SMA BUKIT ASAM SEBAGAI SEKOLAH ADIWIYATA



LINGKUNGAN SMA BUKIT ASAM SEBAGAI SEKOLAH ADIWIYATA



Siapa yang tak suka dengan keindahan, kenyamanan, keasrian, sekolah,
sma bukit asam sebagai sekolah berpredikat adiwiyata nasional sewajarnya kita ikut merasakan rasa senang dan asri berada di lingkungan sekolahku.

Ada yang saya ceritakan tentang keunggulan sma bukitasam sebagai sma adiwiyata tingkat nasional dan akan di tingkatkan menjadi adiwiyata mandiri



          1.  Pertama-tama tentang visi dan misi

Kegiatan siswa siswi baik intra maupun extra mendukung dan sangat kondusif kearah adiwiyata contoh :pelajaran mulok pertanian, mulok keterampilan, biology

1.      Mulok pertanian











      Mulok pertanian 

mengajarkan Tentang penanaman tumbuhan yang bermaanpaat bagi manusia, dan itu salah satu pelestarian lingungan, juga untuk keanekaragaman hayati,
tidak hanya Perawatan dan pemeliharan tanaman dengan mulok pertanian juga mengajarkan cara  pembuatan pupuk cair maupun pupuk padat




 B.      Mulok keterampilan


Adalah mata pelajaran untuk mengolah limbah yang tak terpakai khususnya plastic
Dengan moto :
1.  Reduce : pengurangan pemakaian limbah yang tak bisa di daur ulang
2 . Reuse   : mengalihkan fungsi suatu prodak seperti botol plastik menjadi tempat pupuk cair.
3.  recycle  : mendaur ulang limbah atau benda tak terpakai



      a.     Biology
Kegiatan pengamatan dan penelitian di gunakan untuk meneliti tumbuhan yang dapat di jadikan paru-paru bumi dan di jadikan sebagai pohon rindang




1. 


    2 .   Penggunaan air
a.     Saluran pembuangan air di sekolahku sudah memenuhi persyaratan tingkatan nasional
b.    Penggunaan air sumur atau air tanah sebagai sumber air utama
c.     Air sisa pembuangan di salurkan ke bak penampungan khusus, di netralkan dan di serap lagi oleh tanah dan kemudian menjadi air tanah kembali





1                                     3.    Renovasi bangunan
Renovasi selalu di adakan untuk perbaikan dan kesempurnaan bangunan di waktu yang akan datang, selain sebagai penyempurnaan, juga digunakan sebagai fasilitas siswa dalam berkreasi dan belajar, 


1

    .4.    Lingkungan sekolah
a.     Parkiran sekolah : parkiran sekolah yang agak tersembnyi, membuata penataan sekolah menjadi sangat rapi, selain itu penataan kendaraan yang rapi, membuat nilai plus sekolah ini.


5.    Hutan sekolah     : hutan sekolah terletak di samping parkiran kendaraan, selain bermanpaat untuk perindangan, juga berfungsi sebagai menetralkan udara di linkungan sekolah akibat asap kendaraan d sekitar




6.    kawasan bebas merokok adalah salah satu peraturan , peraturan inilah yang membuat sekolahku  menjadi sekolah tersehat.








Demikian pandangan saya tentang sma bukit asam sebagai sekolah adiwiyata nasional, sekilas tentang sekolahku semoga bermanpaat bagi kita,


Sma Bukit Asam “WE ARE THE BEST”






















17 Jun 2012

ARTHROPODA



ARTHROPODA

Arthropoda adalah berasal dari dua kata Yunani yaitu arthros yang berarti berbuku-buku atau beruas dan podos yang berarti kaki. Jadi secara umum kelompok arthropoda dicirikan dengan kaki yang berbuku-buku atau beruas. Antara buku satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lembaran yang elastis yang memudahkan pergerakan badan dan kakinya.
Secara evolusi kelompok arthropoda merupakan hewan yang paling berhasil dalam mengembangkan jenisnya. Hampir 75% hewan di bumi ini adalah arthropoda. Begitu juga di dalam gua, arthropoda memgang peranan penting dan mempunyai keanekaragaman tinggi dan paling berhasil beradaptasi dalam lingkungan gua. Arthropoda banyak ditemukan sebagi hewan yang khas dan teradaptasi dengan lingkungan gua. Arthropoda menyumbang sekitar 80% hewan khas gua.
Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang beruas biasnya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya. Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih memungkinkan pergerakan di tiap ruas.
Berdasarkan 4 dasar klasifikasi utama pada pohon fiologeni animalia sebelumnya maka phylum ini memiliki karakter : eumetazoa, bilateral, tripoblastik, selomata. Filum ini berasal dari kata latin Arthros yang berarti ruas dan podhos yang artinya kaki.
Morfologi tubuh hewan ini sudah mulai dapat dibedakan menjadi kepala(chep[alo/caput), dada (thorax) dan perut (abdomen). Hanya saja antara satu kelas dengan kelas yang lain terjadi perbedaan dalam hal 3 bagian tubuh tersebut. Ada yang kepala dan dada menyatu maka disebut cephalotohorax dan ada pula yang benar-benar terpisah. Contoh bagian tubuh cephalothorax adalah tipe yang dimiliki oleh lobster.
Pembagian kelas filum ini di dasarkan pada pembagian tubuh dan jumlah kaki. Lihat tabel berikut dan pelajari baik-baik!


Perbedaan kenampakan morfologi lima kelas utama Arthropoda

Perbedaan

Arachnida
Crustacea
Diplopoda
Chilopoda
Insecta
Pembagian badan
Cepahalotorax dan abdomen
Cephalothorax dan abdomen
Kepala dan badan
Kepala dan badan
Kepala, thorax dan abdomen
Bentuk badan
pipih
Bervariasi
globular
pipih
Bervariasi
Kaki
Empat pasang
Banyak biasanya 5 pasang atau lebih
Banyak, biasanya dua pasang tiap segmen
Banyak, sepasang tiap segmen
Tiga pasang pada tiap segmen di bagian thorax
Antena
Tidak ada
2 pasang
sepasang
sepasang
sepasang
Alat mulut
Chelicera dan pedipalpus
mandibula
mandibula
mandibula
mandibula
Habitat
terrestrial
Kebanyakan di laut dan air tawar, jarang terrestrial
terrestrial
terrestrail
terrestrial


25 Jan 2011

palembang culture



tugu monumen tanjung enim







JEMBATAN AMPERA



Jembatan Ampera
Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan oleh Sungai Musi.

Daftar isi

[sunting] Struktur

Panjang : 1.117 m[rujukan?] (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton

[sunting] Sejarah


Pemandangan Kota Palembang dari atas salah satu tower Jembatan Ampera
Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi. Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergo-long nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu. Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada tanggal 16 September 1960, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.[1]
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.[2]
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.[3] Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat). Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.[1]

[sunting] Keistimewaan

Meskipun jembatan ini sudah tidak bisa diangkat bagian tengahnya, kapal yang tidak terlalu tinggi masih bisa melewati kolongnya
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.[4]
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.[1]

[sunting] Referensi

  1. ^ a b c "Dibiayai Jepang, Jembatan Ampera Dulu Bernama Bung Karno",Detik.com, 1 Januari 1810. Diakses pada 1 Januari 1810.
  2. ^ "33 Tahun Sudah Jembatan Ampera Tak Bisa Naik Turun Lagi", Kompas, 15 September 2007. Diakses pada 15 September 2007.
  3. ^ "Pariwisata Palembang", bumisriwijaya.com. Diakses pada 15 September 2007.
  4. ^ "Menunggu Wajah Baru Jembatan Ampera", Tempo, 15 September 2007. Diakses pada 15
gor pancasila muara enim

inilah salah satu kehebatan indonesia dengan berbagai kelebihannya.


ini adalah makan khas palembang

telok pindang





yg ini namanya pempek palembang.


dan yg ini namanya brengkes palembang





yg ini namaya pindang tulang palembang

dan yg ini adalah tempat pariwisata di palembang



dan masih bnyak keaneka ragaman di palembang

Pagaralam, Lintasan Megalitikum Gelombang Kedua
Selasa, 26 Januari 2010 | 21:59 WIB
http://rumametmet.com
Sarkofagus/Ilustrasi
TERKAIT:
JAKARTA, KOMPAS.com — Tak bisa dimungkiri, Pagaralam adalah wilayah yang memiliki peradaban tua. Penemuan puluhan kubur batu belakangan ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah sebuah area lintasan zaman megalitikum.

Menurut Von Heine Geldern, kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum gelombang kedua atau disebut juga Megalit Muda yang menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1.000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalit gelombang ini adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus, dan arca-arca dinamis.

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

Selain Pagaralam dan Lahat, daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi, serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu dapat ketahui persamaan antara peti kubur dan sarkofagus, yang keduanya merupakan tempat menyimpan mayat disertai bekal kuburnya.

Selama ini, Pagaralam memang telah dikenal dengan peninggalan zaman megalitikum. Hal ini terbukti dengan penemuan arca-arca yang tersebar di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, seperti Karangindah, Tinggiari Gumai, Tanjungsirih, Padang Gumay, Pagaralam, Tebatsementur (Tanjungtebat), Tanjung Menang-Tengahpadang, Tanjungtebat, Pematang, Ayik Dingin, Tanjungberingin, Geramat Mulak Ulu, Tebingtinggi-Lubukbuntak, Nanding, Batugajah (Kutaghaye Lame), Pulaupanggung (Sekendal), Gunungmigang, Tegurwangi, dan Airpur.

Penemuan yang paling menarik adalah megalitik yang dinamakan Batugajah, yakni sebongkah batu berbentuk telur, berukuran panjang 2,17 m, dan dipahat pada seluruh permukaannya. Bentuk batunya yang asli hampir tidak diubah, sedangkan pemahatan obyek yang dimaksud disesuaikan dengan bentuk batunya. Namun, plastisitas pahatannya tampak indah sekali.

Batu dipahat dalam wujud seekor gajah yang sedang melahirkan seekor binatang antara gajah dan babi-rusa, sedangkan pada kedua belah sisinya dipahatkan dua orang laki-laki. Laki-laki sisi kiri gajah berjongkok sambil memegang telinga gajah, kepalanya dipalingkan ke belakang dan bertopi. Perhiasan berbentuk kalung besar yang melingkar pada lehernya. Begitu pula pada betis, di sana tampak tujuh gelang. Pada ikat pinggang yang lebar tampak pedang berhulu panjang, sedangkan sebuah nekara tergantung pada bahunya. Pada sisi lain (sisi kakan gajah) dipahatkan seorang laki-laki juga, hanya tidak memakai pedang. Pada pergelangan tangan kanan laki-laki ini terdapat gelang yang tebal. Adapun pada betis tampak 10 gelang kaki.

Temuan batu gajah dapat membatu usaha penentuan umur secara relatif dengan gambar nekara itu sebagai petunjuk yang kuat, selain petunjuk-petunjuk lain seperti pedang yang mirip dengan belati Dong Son (Kherti, 1953 : 30), serta benda-benda hasil penggalian yang berupa perunggu (besemah, gangse) dan manik-manik. Dari petunjuk-petunjuk di atas, para ahli berkesimpulan bahwa budaya megalitik di Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Lahat dan Kota Pagaralam, berlangsung pada masa perundagian. Pada masa ini, teknik pembuatan benda logam mulai berkembang.

Sebuah nekara juga dipahatkan pada arca dari Airpuar. Arca ini melukiskan dua orang prajurit yang berhadap-hadapan, seorang memegang tali yang diikatkan pada hidung kerbau, dan orang yang satunya memegang tanduknya. Kepala serigala (anjing) tampak di bawah nekara perunggu tersebut.

Kantor berita Antara menulis, belum lama ini sedikitnya 15 kuburan batu telah ditemukan di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan yang lokasinya tersebar di lima kecamatan.

Berdasarkan informasi dari lokasi penemuan kubur batu itu, Senin, lokasi penemuan rumah batu tersebut beberapa di antaranya berada di Kecamatan Pagaralam Utara, dua di Kecamatan Dempo Utara, dan satu di Kecamatan Dempo Tengah wilayah Kota Pagaralam.

Untuk wilayah Lahat, yaitu tujuh di Kecamatan Pajarbulan, satu di Kecamatan Jarai, dan dua kubur batu di Desa Talang Pagar Agung, Kecamatan Pajarbulan.

Penemuan kuburan batu itu, menurut informasi warga setempat, banyak terjadi antara lain melalui proses mimpi sehingga setelah itu dilakukan penggalian yang dilakukan penduduk setempat.

Aset cagar budaya ini semuanya masih belum dikelola pemerintah dan penduduk setempat yang merupakan pemilik lahan tempat ditemukannya bangunan bersejarah tersebut.

"Untuk saat ini, semua kuburan batu yang sudah ditemukan langsung diteliti dan didata untuk mengetahui dengan pasti jenis cagar budaya tersebut," kata Akhmad Rifai, petugas Kantor Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3 Jambi) dengan wilayah kerja Jambi, Sumsel, Bengkulu, dan Babel.

Dia mengatakan, memang ada beberapa jenis peninggalan purbakala yang sudah ditemukan di wilayah Pagaralam dan Lahat, yaitu megalit, kuburan batu, tempayan, arca, lumpang batu, dan beberapa jenis benda bersejarah yang diperkirakan berusia ratusan hingga ribuan tahun.

"Kami sudah melakukan pendataan penemuan kuburan batu, seperti di Dusun Tanjung Aro 2, Dusun Tegurwangi 2, Dusun Belumai 1 untuk Pagaralam, sedangkan wilayah Lahat di Desa Kota Raya Lembak 7, Desa Gunung Megang 1," ujarnya.

Akhmad mengatakan, setelah pendataan, semua cagar budaya tersebut langsung dilindungi BP3 Jambi. Mereka lalu langsung mengangkat juru kunci sebagai petugas pemeliharaann cagar budaya ini.

"Kuburan batu atau situs yang ditemukan di Desa Talang Pagaragung, Kecamatan Pajarbulan, belum dimasukkan dalam salah satu benda bersejarah yang harus dilindungi karena baru ditemukan dan masih dalam proses penelitian tim dari arkeologi BP3 Jambi," katanya.

Ia mengatakan, penelitian hanya bersifat menentukan umur, masa, dan jenis benda yang terdapat di dalam bangunan tersebut saat penggalian.

"Kami sudah melakukan penelitian. Bentuk bangunan bukan tempat pemujaan atau langgar, melainkan kuburan batu sama dengan yang sudah lebih dulu ditemukan di daerah lainnya, baik di Kota Pagaralam maupun wilayah Kabupaten Lahat," ungkap Akhmad Rifai.





dan gua putri





taman wisata punti kayu






taman Wisata Alam Puntikayu merupakan satu-satunya hutan wisata di sumatera selatan, letaknya yang strategis ( 6 km dari pusat kota ) . kawasan TWA Puntikayu merupakan kawasan konservasi yang konsep pengembanganya berdasarkan pada prinsip - prinsip perlindungan keaneka ragaman jenis Tumbuhan hayati dan satwa. Potensi TWA punti kayu berupa panorama hutan pinus ( pinus mercussi ) yang memiliki nilai estetika pemandangan yang menarik, serta adanya hewan liar yaitu : kera ekor panjang, Macaca Fasicicularis), BEruk ( Macaca)





Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger | Printable Coupons